Konseling
Trait & Factor (Wolter Bingham, John Darley, Donald G. Paterson, dan E. G. Williemson)
Menurut teori ini, kepribadian merupakan suatu system
sifat atau factor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya seperti
kecakapan,minat,sikap,dan tempramen. Proses
konseling dibagi dalam lima
tahap sebagai berikut :
1.
Tahap Analisis
Tahap kegiatan yang terdiri pengumpulan informasi dan
data mengenai klien.
2.
Tahap Sintesis
Langkah merangkum dan mengatur data dari hasil analisis
yang sedemikian rupa sehingga menunjukkan bakat, kekuatan, kelemahan dan
kemampuan penyesuaian diri klien.
3.
Tahap Diagnosis
Sebenarnya merupakan langkah pertama dalam bimbingan dan
hendaknya dapat menemukan ketetapan yang dapat mengarah kepada permasalahan,
sebab-sebabnya, sifat-sifat klien yang relevan dan berpengruh pada penyesuaian
diri. Diagnosis meliputi :
A.
Identifikasi masalah yang
sifatnya deskriptif misalnya dengan menggunakan kategori Bordin dan Pepinsky
Kategori diagnosis Bordin
a. dependence (ketergantungan)
b. lack of information (kurangnya informasi)
c. self conflict (konflik diri)
d. choice anxiety (kecemasan dalam membuat pilihan)
Kategori diagnosis Pepinsky
a. lack of assurance (kurang dukungan)
b. lack of information (kurang informasi)
c. dependence (ketergantungan)
d. self conflict (konlflik diri)
B.
Menentukan sebab-sebab,
mencakup perhatian hubungan antara masa lalu, masa kini, dan masa depan yang
dapat menerangkan sebab-sebab gejala. Konselor menggunakan intuisinya yang
dicek oleh logika, oleh reaksi klien, oleh uji coba dari program kerja
berdasarkan diagnosa sementara.
C.
Prognosis yang sebenarnya
terkandung didalam diagnosis misalnya diagnosisnya kurang cerdas pronosisnya
menjadi kurang cerdas untuk pekerjaan sekolah yang sulit sehingga mungkin
sekali gagal kalau ingin belajar menjadi dokter. Kalau klien belum sanggup
berbuat demikian, maka Konselor bertanggung jawab dan membantu klien untuk
mencapai tingkat pengambilan tanggung jawab. Untuk dirinya sendiri, yang
berarti dia mampu dan mengerti secara logis, tetapi secara emosional belum mau
menerima.
4.
Tahap Konseling
Merupakan hubungan membantu klien untuk menemukan sumber
diri sendiri maupun sumber diluar dirinya, baik dilembaga, sekolah dan
masyarakat dalam upaya mencapai perkembangan dan penyesuaian optimal, sesuai
dengan kemampuannya. Dalam kaitan ini ada lima
jenis konseling adalah :
a.
belajar terpimpin menuju
pengertian diri
b.
mendidik kembali atau mengajar
kembali sesuai dengan kebutuhan individu sebagai alat untuk mencapai tujuan
kepribadiannya dan penyesuaian hidupnya.
c.
Bantuan pribadi dan Konselor,
agar klien mengerti dan trampil dalam menggunakan prinsip dan teknik yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Mencakup hubungan dan teknik
yang bersifat menyembuhkan dan efektif.
e.
Mendidik kembali yang sifatnya
sebagai katarsis atau penyaluran
5.
Tahap Tindak Lanjut
Mencakup bantuan kepada klien dalam menghadapi maslaah
baru dengan mengingatkannya kepada masalah sumbernya sehingga menjamin
keberhasilan konsleing. Teknik yang digunakan harus disesuaikan dengan
individualitas klien.
Teknik Konseling
1.
Pengunaan hungan intim
(Rapport), Konselor harus menerima konseli dalam hubungan yang hangat, intim,
bersifat pribadi, penuh pemahaman dan terhindar dari hal-hal yang mengancam
konseli.
2.
Memperbaiki pemahaman diri, konseli
harus memahami kekuatan dan kelemahan dirinya, dan dibantu untuk menggunakan
kekuatannya dalam upaya mengatasi kelemahannya. Penafsiran data dan diagnosis
dilakukan bersama-sama dengan klien dan Konselor menunjukkan profil tes secara
arif.
3.
Pemberian nasehat dan
perencanaan program kegiatan. Konselor mulai dari pilihan, tujuan, pandangan
atau sikap Konselor dan kemudian menunjukkan data yang mendukung atau tidak
mendukung dari hasil diagnosis. Penjelasan mengenai pemberian nasehat harus
dipahami klien.
a.
Tiga metode pemberian nasehat
yang dapat digunakan oleh Konselor :
b.
Nasehat langsung (direct
advising), dimana Konselor secara terbuka dan jelas menyatakan pendapatnya.
c.
Metode persuasif, dengna
menunjukan pilihan yang pasti secara jelas.
d.
Metode penjelasan, yang
merupakan metode ynag paling dikehendaki dan memuaskan. Konselor secara
hati-hati dan perlahan-lahan menjelaskan data diagnostic dan menunjukan
kemungkinan situasi yang menuntut penggunaan potensi konseli.
e.
Melaksanakan rencana, yaitu
Konselor memberikan bantuan dalam menetapkan pilihan atau keputusan secara
implementasinya.
4.
menunjukkan kepada petugas lain
(alih tangan) bila dirasa Konselor tidak dapat mengatasi masalah klien.
Kontribusi yang
diberikan oleh teori Trait & Faktor
1.
Teori sifat dan faktor
menerapkan pendekatan ilmiah kepada konseli.
2.
Penekanan pada penggunaan data
tes obyektif, membawa kepad aupaya perbaikan dalam pengembangan dan
penggunaannya, serta perbaikan dalam pengumpulan dan pengunaan data lingkungan.
3.
Penekanan yang diberikan pada diagnosis
mengandung makna sebagai suatu perhatian masalah dan sumbernya dan mengarah
pada upaya mengkreasikan teknik-teknik untuk mengatasinya.
4.
penekanan pada aspek kognitif
merupakan upaya menseimbangkan pandangan lain yang lebih menekankan aspek
afektik atau emosional.
II.a.2
Konseling Rational Emotive (Albert Ellis) dikenal dengan Rational Emotive Therapy (R.E.T)
Salah satu teori utama mengenai kepribadian yang
ditemukan oleh Albert Ellis dan para penganut Rational Emotive therapy dikenal
dengan “Teori A-B-C-D-E). teori ini merupakan sentral dari teori dan praktek
RET. Secara umum dijelaskan dalam bagan sebagai berikut :
Komponen
|
Proses
|
|
A
|
Activity / action / agent
Hal-hal, situasi, kegiatan atau peristiwa yang mengawaliatau yang
mengerakkan individu. (antecedent or activating event)
|
External event
Kejadian diluar atau sekitar individu
|
iB
rB
|
Irrational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional atau tidak
layak terhadap kejadian eksternal (A)
Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau
layak dan secara empirik mendukung kejadian eksternal (A)
|
Self verbalization
Terjadi dalam diri individu, yakni apa yang terus mnenerus ia
katakan berhubungan dengan A terhadap dirinya
|
iC
rC
|
Irrational Consequences, yaitu konsekuensi-konsekuensi yang tidak
layak yang berasal dari (A)
Rational or reasonable Consequences, yakni konsekuensi-konsekuensi
rasional atau layak yang dianggap berasal dari rB=keyakinan yang rasional
|
Rational Beliefs, yakni keyakinan-keyakinan yang rasional atau
layak secara empirik mendukung kejadian-kejadian eksternal (A)
|
D
|
Dispute irrational beliefs, yakni keyakinan-keyakinan irasional
dalam diri individu saling bertentangan (disputing)
|
Validate or invalidate self-verbalization : yakni suatu proses
self-verbalization dalam diri individu, apakah valid atau tidak.
|
CE
|
Cognitive Effect of Disputing,yakni efek kognitif yang terjadi
dari pertentangan (dispating) dalam keyakinan-keyakinan irasional.
|
Change self-verbalization, terjadinya perubahan dalam verbalisasi
dari pada individu.
|
BE
|
Behavioral Effect of Disputing yakni efek dalam perilaku yang
terjadi dalam pertentangan dalam keyakinan-keyakinan irasional diatas.
|
Change Behavior, yakni terjadinya perubahan perilaku dalam diri
individu
|
Tujuan konseling
Rasional-Emotif
1.
Memperbaiki dan merubah sikap,
persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang
irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat
mengembangkan diri, meningkatkan self actualizationnya seoptimal mungkin
melalui perilaku kognitif dan afektif yang positif.
2.
Menghilangkan gangguan-gangguan
emosional yang merusak diri sendiri seperti : rasa takut, rasa bersalah, rasa
berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah. Konselor melatih dan
mengajar klien untuk menghadapi kenyataan-kenyataan hidup secara rasional dan
membangkitkan kepercayaan, nilai-nilai dan kemampuan diri sendiri.
Albert Ellis (1973)
memberikan gambaran tentang apa yang dapat dilakukan oleh praktisi
rasional-emotive yaitu :
a.
Mengajak, mendorong klien untuk
menanggalkan ide-ide irasional yang mendasari gangguan emosional dan perilaku.
b.
Menantang klien dengan berbagai
ide yang valid dan rasional.
c.
Menunjukkan kepada klien azas
ilogis dalam berpikirnya.
d.
Menggunakan analisis logis
untuk mengurangi keyakinan-keyakinan irasional (irrational beliefs) klien.
e.
Menunjukkan bahwa
keyakinan-keyakinan irasional ini adalah inoperative dan bahkan hal ini pasti
senantiasa mengarahkan klien pada gangguan-gangguan behavioral dan emosional.
f.
Menggunakan absurdity dan
humaor untuk menantang irasionalitas pemikiran klien.
g.
Menjelaskan kepada klien
bagaimana ide-ide irasional ini dapat ditempatkankembali dan disubtitusikan
kepada ide-ide rasional yang harus secara empirik melatar belakangi
kehidupannya.
h.
Mengajarkan kepada klien
bagaimana mengaplikasikan pendekatan-pendekatan ilmiah, obyektif dan logis
dalam berpikir dan selanjutnya melatih diri klien untuk mengobservasi dan
menghayati sendiri bahwaide-ide irasional dan deduksi-deduksi hanya kan membantu
perkembangan perilaku dan perasaan-perasaan yang dapat menghambat perkembangan
dirinya.
II.a.3
Konseling Behavioral (D. Krumboltz, Carl E. Thoresen, Ray E. Hosfor , Bandura, Wolpe dll)
Konsep behavioral : perilaku manusia merupakan hasil
belajar, sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkresi
kondisi-kondisi belajar. Pada dasarnya, proses konseling merupakan suatu
penataan proses atau pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah
perilakunya agar dapat memecahkan masalahnya.
Thoresen (shertzer
& Stone 1980, 188) memberikan ciri-ciri konseling behavioral sebagai
berikut :
1.
Kebanyakan perilaku manusia
dipelajari oleh sebab itu dapat diubah.
2.
Perubahan-perubahan khusus
terhadap lingkungan individu dapat membantu dalam mengubah perilaku-perilaku
yang relevan. Prosedur-prosedur konseling berusaha membawa perubahan-perubahan
yang relevan dalam perilaku klien dengan mengubah lingkungan
3.
Prinsip-prinsip belajar spesial
seperti : “reinforcement” dan “social modeling” , dapat digunakan untuk
mengembangkan prosedur-prosedur konseling.
4.
Keefektifan konseling dan hasil
konseling dinilai dari perubahan dalam perilaku-perilaku khusus diluar
wawancara prosedur-prosedur konseling.
5.
Prosedurprosedur konseling
tidak statik, tetap atau ditentukan sebelumnya, tetapi dapat secara khusus
didesain untuk membantu klien dalam memecahkan masalah khusus.
Proses konseling
Menurut Krumboltz dan Thoresen (Shertzer & Stone,
1980, 190) konsseling behavior merupakan suatu proses membantu orang untuk
memecahkan masalah.interpersonal, emosional dan keputusan tertentu.
Urutan pemilihan dan penetapan tujuan dalan konseling
yang digambarkan oleh Cormier and Cormier (Corey, 1986, 178) sebagai salah satu
bentuk kerja sama antara konselor dan klien sebagai berikut :
- Konselor menjelaskan maksud dan tujuan.
- Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling.
- Klien dan konselor menetapkan tujuan yang telah ditetapkan apakah merupakan perubahan yang dimiliki oleh klien.
- Bersama-sama menjajaki apakah tujuan itu realistik.
- Mendiskusikan kemungkinan manfaat tujuan.
- Mendiskusikan kemungkinan kerugian tujuan.
- Atas dasar informasi yang diperoleh tentang tujuan klien, konselor dan klien membuat salah satu keputusan berikut : untuk meneruskan konseling atau mempertimbangkan kembali tujuan akan mencari referal.
Metode yang dapat
digunakan
- Pendekatan operant learning hal yang penting adalah pengutan (reinfocement) yang dapat menghasilkan perilaku klien yang dikehendaki.
- Metode Unitative Learning aau social modeling diterapkan oleh konselor dengna merancang suatu perilaku adaptif yang dpaat dijadikan model oleh klien.
- Metode Cognitive Learning atau pembelajaran kognitif merupakan metode yang berupa pengajaran secara verbal, kontrak antara konselor dan klien, dan bermain peranan.
- Metode Emotional Learning, atau pembelajaran emosional diterapkan pada individu yang mengalami suatu kecemasan.
II.a.4
Konseling Psikoanalisa (Sigmund Freud, Carl Jung, Otto Rank, William Reich, Karen Honey, Adler.
Harry Stack Sullivan,dll)
Konsep Freud yang anti rasionalisme menekankan motivasi
tidak sadar, konflik, dan simbolisme sebagai konsep primer. Manusia pada
hakekatnya bersifat biologis, dilahirkan dengan dorongan-dorongan instingtif,
dan perilaku merupakan fungsi mereaksi secara mendalan terhadap
dorongan-dorongan itu. Manusia bersifat tidak rasional dan tidak sosial, dan
destruktif terhadap dirinya dan orang lain. Energi psikis yang paling dasar
disebut libido yang bersumber dari dorongan seksual yang terarah kepada
pencapaian kesenangan.
Proses konseling
Tujuan konseling psikoanalitikadalah membentuk kembali
struktur karakter individu dengan membuat yang tidak sadar menjadi sadar dalam
diri klien.
a.
Proses konseling dipusatkan
pada usaha menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak.
Pengalaman masa lampau ditata, didiskusikan, dianalisa dan ditafsirkan dengan
tujuan untuk merekonstruksi kepribadian.
b.
Konseling analitik menekankan
dimensi afektif dalam membuat pemahaman ketidak sadaran.
c.
Tilikan dan pemahaman
intelektual sangat penting, tetapi yang lebih adalah mengasosiasikan antara
perasaan dan ingatan dengan pemahaman diri.
d.
Satu karakteristik konseling
psikonalisa adalah bahwa terapi atau analisis bersikap anonim (tak dikenal) dan
bertindak sangat sedikit menunjukkan perasaan dan pengalamannya, sehingga
dengan demikian klien akan memantulkan perasaannya kepada konselor. Proyeksi
klien merupakan bahan terapi yang ditafsirkan dan dianalisia.
e.
Konselor harus membangun
hunbungan kerja sama dengan klien kemudian melakukan serangkaian kegiatan
mendengarkan dan menafsirkan.
f.
Menata proses terapeutik yang
demikian dalam konteks pemahaman struktur kepribadian dan psikodinamika
memungkinkan konselor merumuskan masalah klien secara sesungguhnya. Konselor
mengajari klien memaknai proses ini sehingga klien memperoleh tilikan mengenai masalahnya.
g.
Klien harus menyanggupi dirinya
sendiri untuk melakukan proses terapi dalam jangka panjang. Setiap pertemuan
biasa berlangsung satu jam.
h.
Setelah beberapa kali pertemuan
kemudian klien melakukan kegiatan asosiasi bebas. Yaitu klien mengatakan apa
saja ynag terlintas dalam pikirannya.
Teknik-teknik terapi
1.
Asosiasi bebas
2.
Interpretasi
3.
Analisis mimpi
4.
Analisis Resistensi
5.
Analisis transferensi
(pemindahan)
II.a.5
Konseling Psikologi Individual (Alfred Adler, Rudolph Dreikurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer)
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa
perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan
inferioritas (kurang harga diri). Istilah yang digunakan oleh Adler adalah
“inferiority complex” untuk menggambarkan keadaan perasaan harga diri kurang
yang selalu mendorong individu untuk melakukan kompensasi mencapai keunggulan.
Perilaku merupakan suatu upaya untuk mencapai keseimbangan.
Kompleks rasa rendah diri (inferiority complex) menurut
Adler berasal dari tiga sumber :
1.
Kekurangan dalam hal fisik
2.
Anak yang dimanja
3.
Anak yang mendapat penolakan
Proses Konseling
Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi
intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki
kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup,
mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan kegiatan.
Menurut Ansbacher & Anbacher (Shertzer & Stone,
1980, 204) ada tiga komponen pokok dalam proses konseling :
1.
Memperoleh pemahaman gaya hidup klein yang spesifik,
gejala dan masalahnya, melalui empati, intuisi dan penaksiran konselor. Dalam
unsur ini konselor membentuk hipotesis mengenai gaya hidup dan situasi klien.
2.
Proses menjelaskan kepada
klien, dalam komponen ini hipotesis gaya
hidup yang dikembangkan dalam komponen pertama harus ditafsirkan dan
dikomunikasikan dengan klien sehingga dapat diterima. Psikologi individual
menekankan pentingnya membantu klien untuk memperoleh tilikan terhadap
kondisinya.
3.
Proses memperkuat minat sosial,
klien dengan menghadapkan mereka, secara seimbang, dan menunjukkan minat dan
kepedulian mereka.
II.a.6
Konseling Analisis Transaksional (Eric Berne) pioner yang menerapkan analisa
transaksional dalam psikoterapi.
Dalam terapi ini hubungan konselor dan klien dipandang
sebgai suatu transaksional (interaksi, tindakan yang diambil, tanya jawab)
dimana masing0masing partisipan berhubungan satu sama lain. Sebagai fungsi
tujuan tertentu. Transaksi menurut Berne
merupakan manivestasi hubungan sosial.
Berne membagi psikoterapi konvensional menjadi dua kelompok
1.
Kelompok yangh melibatkan
sugesti, dukungan kembali (reassurence), dan fungsi parental lain.
2.
Kelompok yang melibatkan
pendekatan rasional, dengan menggunakan konfrontasi dan interpretasi seperti
terapi non direktif dan psiko analisa.
Proses Konseling
Tugas utama konselor yang menggunakan analisis
transaksional adalah mengajar bahasa dan ide-ide sistem untuk mendiagnosa
transaksi.
Konselor transaksional selalu aktif, menghindarkan
keadaan diam yang terlalu lama, dan mempunyai tanggung jawab untuk memelihara
perhatian pada transaksi.
Tujuan konseling adalah :
1.
Membantu klien dalam memprogram
pribadinya.
2.
Klien dibantu untuk menjadi
bebas dalam berbuat, bermain, dan menjadi orang mandiri dalam memilih apa yang
mereka inginkan.
3.
Klien dibantu mengkaji
keputusan yang telah dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran.
4.
Teknik-teknik daftar cek,
analisis script atau kuisioner digunakan untuk mengenal keputusan yang telah
dibuat sebelumnya.
5.
Klien berpartisipasi aktif
dalam diagnosis dan diajar untuk membuat tafsiran dan pertimbangan nilai
sendiri.
6.
Teknik konfrontasi juga dapat
digunakan dalam analisis transaksional dan pengajuan pertanyaan merupakan
pendeatan dasar.
7.
untuk berlangsungnya konseling
kontrak antara konselor dan klien sangat diperlukan.
II.a.7 Konseling Client Centered
(Berpusat Pada Klien) (Carl R. Roger) menurut Roger
Konseling dan
Psikoterapi tidak mempunyai perbedaan. Konseling yang
berpusat pada klien sebagai konsep dan alat baru dalam terapi yang dapat diterapkan
pada orang dewasa, remaja, dan anak-anak.
Pendekatan konseling client centered menekankan pada
kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan
masalah dirinya. Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep
mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian,dan hakekat
kecemasan. Menurut Roger konsep inti konseling berpusat pada klien adalah
konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan diri.
Proses konseling
1.
Konseling memusatkan pada
pengalaman individual.
2.
konseling berupaya
meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan serta menopang
eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi individu
untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan mendapat tilikan
pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
3.
Melalui penerimaan terhadap
klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan memadukan
pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri.
4.
dengan redefinisi, pengalaman,
individu mencapai penerimaan diri dan menerima orang lain dan menjadi orang
yang berkembang penuh.
5.
Aawancara merupakan alat utama
dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik.
Karakteristik
konseling berpusat pada klien
1.
Fokus utama adalah kemampuan
individu memecahkan masalah bukan terpecahnya masalah.
2.
Lebih mengutamakan sasaran
perasaan dari pada intelek.
3.
Masa kini lebih banyak
diperhatikan dari pada masa lalu.
4.
Pertumbuhan emosional terjadi
dalam hubungan konseling.
5.
Proses terapi merupakan penyerasian
antara gambaran diri klien dengan keadaan dan pengalaman diri yang
sesungguhnya.
6.
Hubungan konselor dan klien
merupakan situasi pengalaman terapeutik yang berkembang menuju kepada
kepribadian klien yang integral dan mandiri.
7.
Klien memegang peranan aktif
dalam konseling sedangkan konselor bersifat pasif reflektif.
II.a.8 Konseling / Terapi Gestalt
(dikembangkan oleh
Frederick S. Peris 1989-1970) terapi ini dikembangkan dari sumber dan pengaruh
tiga disiplin yang sangat berbeda yaitu :
1.
Psikoanalisis terutama yang
dikembangkan oleh Wilhelm Reih
2.
Fenomenolohi eksistensialisme
Eropa dan
3.
Psikologi Gestalt
Peris menyatakan bahwa individu, dalam hal ini manusia,
selalu aktif sebagai keseluruhan, merupakan koordinasi dari seluruh organ.
Kesehatan merupakan keseimbangan yang layak. Pertentangan antara keberadaan
sosial dan biologis merupakan konsep dasar terapi Gestaslt.
Proses Konseling
Tujuan utama konseling Gestalt adalah meningkatkan
proses pertumbuhan klien dan membantu klien mengembangkan potensi manusiawinya.
Fokus utama dalam konseing Gestalt adalah membantu
individu melalui transisinya dari keadaan yang selalu dibantu oleh lingkungan
ke keadaan mandiri (selft-support).
Konselor membuat klien menjadi kecewa sehingga klien
dipaksa untuk menemukan caranya atau mengembangkan potensinya sendiri.
Konsep utama terapi Peris adalah
1.
Unfinished business yang
tercakup didalamnya adalah emisi-emosi, peristiwa-peristiwa, ingatan-ingatan
(memories), yang terhambat dinyatakan oleh individu yang bersangkutan.
2.
Avoidance atau penghindaran
adalah segala cara yang digunakan oleh seseorang untuk melarikan diri dari
Unfinished business. Bentuk-bentuk avoidance antara lain phobia, melarikan
diri, mengganti terapist, mengubah pasangan.
Garis-garis besar terapi Gestalt
1.
Fase pertama : membentuk pola
pertemuan terapeutik agar tercapai situasi yang memungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Situasi mengandung komponen
emosional dan intuitif.
2.
Fase kedua : melaksanakan
pengawasan , konselor berusaha meyakinkan atau memaksa klien mengikuti prosedur
yang telah ditetapkan sesuai dengan keadaan klien. Dua hal yang harus dilakukan
:
a.
Menimbulkan motivasi pada
klien.
b.
Menciptakan rapport yaitu
hubungan baik antara konselor dan klien agar timbul rasa percaya klien bahwa
segala usaha konselor itu disadari benar oleh klien untuk kepentingannya.
3.
Fase ketiga : klien didorong
untuk mengatakan perasaan-perasaannya pada pertemuan-pertemuan terapi saat ini,
bukan menceritakan masa lalu atau harapan-harapan masa datang.
4.
Fase terakhir : setelah klien
memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang dirinya, tindakannya, perasaannya,
maka terapi ada pada fase terakhir. Pada fase ini klien harus memiliki
ciri-ciri yang menunjukan integritas kepribadiannya sebagai individu yang unik
dan manusiawi. Klien harus memiliki kepercayaan pada potensinya. Menyadari
diriny, sadar dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perbuatannya,
perasaan-perasaannya, pikiran-pikirannya.
No comments:
Post a Comment